Indonesia Utopia

Indonesia di Masa Depan
Indonesia di Masa Depan


Seorang pemuda duduk bersender di kursi setelah menyelesaikan tugas yang harus ia kumpulkan besok. Ia merenung tentang kondisi negerinya yang kian hari tak kunjung membaik, diam, stagnan. Ia menyayangkan banyak hal di negeri ini, mulai dari diskriminasi umat agama mayoritas terhadap minoritas, korupsi yang terjadi di setiap lini pemerintahan, kemiskinan, sampai kerusakan lingkungan yang merugikan negara.

Ia terkantuk sehingga ia memutuskan untuk tidur. Namun, sebelum itu, ia menuliskan namanya di tugas yang baru saja ia selesaikan: "Dipa Nusantara". Ia beranjak dari tempat belajarnya menuju kasur, tempatnya pergi menuju alam mimpi.

Ia bermimpi—atau lebih tepatnya, terbangun—di sebuah tempat yang sangat asing tetapi familiar. Tidak salah lagi, tempat tersebut tak jauh dari kosannya. Sekali lagi ia melihat keadaan sekelillingnya, tetapi banyak perbedaan dari apa yang diingatnya.

Tempat yang tadinya dipenuhi oleh tiang listrik dan kabel-kabel yang semrawut kini tampak sangat rapi. Tiang listrik berjejer secara teratur tanpa ada kabel yang mengganggu. Ia melihat banyak orang yang berjalan kaki di trotoar yang tampak rapi dan indah. Tidak ada pedagang kaki lima yang memenuhi trotoar tersebut.

"Apakah aku sedang bermimpi?" gumamnya. Kalau pun mimpi, ini terasa sangat nyata.

Ia berjalan selama beberapa meter jauhnya. Ia melihat sungai yang amat sangat bersih dan jernih. Ia tidak melihat sedikit pun sampah yang mengotori sungai tersebut. Pemandangan yang ia lihat sangat jauh berbeda dari kenyataan yang ia tahu. Ia tidak tahu apakah ia sedang bermimpi atau tidak. Namun, ia sangat senang melihat kondisi tempat tinggalnya sekarang.

Dipa merogoh saku celananya, ternyata ada ponsel miliknya di sakunya. Ia memfoto keadaan sekitar karena sangking indahnya pemandangan yang ia saksikan. Ia membuka media sosial miliknya yang anehnya terdaftar dengan nama akun yang sama persis dengan miliknya di dunia nyata yang ia tahu.

Ia mengunggah fotonya di media sosial tersebut. Setelah itu, Dipa iseng melihat beranda media sosial yang dipenuhi berita baik tentang negerinya. Salah satu contoh adalah negaranya menjadi negara yang paling jarang melakukan korupsi. Selain itu, ia melihat berita bahwa Indonesia adalah salah satu negara maju dengan pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata global. Indonesia juga menempati peringkat lima besar dalam tes PISA sehingga menjadikan negeri ini menjadi salah satu negeri dengan kualitas pendidikan terbaik.

Ia juga melihat dua berita yang menakjubkan, tingkat kejahatan di Indonesia adalah yang paling rendah dan testimoni seorang wanita yang ditolong oleh polisi saat ia kehilangan ponselnya. Polisi langsung membantu wanita tersebut saat ia melaporkan masalahnya. Bahkan, mereka rela mengerahkan divisi cyber untuk melacak ponselnya yang hilang sampai ditemukan kembali. Selain itu, wanita tersebut tidak mengeluarkan sepeser pun uang dalam prosesnya, jauh berbeda dari apa yang ia tahu.

Dipa mendengar suara entah dari mana.

"Inilah yang terjadi jika setiap orang di Indonesia memilih pilihan terbaik dalam hidupnya."

"Siapa kamu?" tanya Dipa.

"Siapa aku tidaklah penting. Namun, negeri ini memiliki dasar negara yang baik. Apabila Pancasila diterapkan dalam kehidupan nyata, bukan hanya dihafal atau dipolitisasi untuk kepentingan golongan tertentu, inilah jadinya," balas suara tersebut.

Pemandangan indah yang ia saksikan kini perlahan memburam. Lama-kelamaan penglihatannya menjadi gelap. Sesaat kemudian, ia tersasar kembali. Namun, bukan pemandangan indah yang menunggunya, tetapi plafon kos-kosan yang sudah sangat familiar di kepalanya.

"Benar, itu hanya mimpi. Tidak mungkin dunia nyata seindah itu," gumamnya sembari tersenyum lalu melanjutkan kembali tidurnya sambil berharap bisa terjebak ke dalam realita yang indah itu.
LihatTutupKomentar