![]() |
| Gambar AI Dr. Stone |
Dr. Stone merupakan manga yang ditulis oleh Riichiro Inagaki dan diilustrasikan oleh Boichi. Manga ini pertama akhirnya diadaptasi menjadi anime dan tayang pertama kali pada tahun 2019. [1] [2] Anime ini menceritakan mengenai perjalanan seorang remaja bernama Senku Ishigami yang membangun kembali peradaban modern manusia setelah ribuan tahun berakhir karena seluruh umat manusia yang mendiami bumi berubah menjadi batu. Tentu, ia tidak sendirian. Ia pun dibantu oleh teman-temannya.
Anime ini relevan untuk menggambarkan pernyataan bahwa sains secara epistemologi dan ontologi bersifat netral, tetapi tidak secara aksiologi. Penulis terinspirasi dari kisah yang mana Tsukasa bermusuhan dengan Senku karena Senku hendak menyelematkan semua orang dari pembatuan, sedangkan Tsukasa tidak ingin hal tersebut terjadi. Tsukasa beranggapan bahwa tidak semua orang harus diselamatkan dari permbatuan. Di antara mereka ada yang menggunakan sains untuk melakukan hal-hal yang dianggap Tsukasa sebagai kejahatan. Tsukasa pernah mencoba membunuh Senku dan sebelum itu ia berkata bahwa ia akan menyelamatkan Senku kalau ia dapat meninggalkan sains selama hidupnya. Tsukasa juga pernah menawarkan Senku untuk bekerja sama dengan Tsukasa untuk mewujudkan dunia yang ia inginkan, tetapi Senku memiliki pandangan yang berbeda. Senku ingin membangun kerajaan sains yang mana dapat menggunakan sains untuk menyelamatkan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan sebanyak mungkin orang. Walaupun begitu, Tsukasa tetap menggunakan sains, misalnya menggunakan cairan yang digunakan untuk menyelamatkan orang-orang tertentu dari pembutuan.
Pertama, kita mulai dari sisi epistimologi. Epistemologi dalam sains berarti hakikat pengetahuan yang dihasilkan oleh sains. Ini berkaitan dengan dari mana pengetahuan didapatkan, ruang lingkupnya, nilai validitasnya, dan justifikasi mengenai kebenarannya. [3] Pengetahuan yang dihasilkan oleh sains berasal dari realitas sesungguhnya yang ada di alam. Realitas ini setidaknya dapat dibuktikan kebenarannya melalui tiga cara, yaitu pencerapan melalui pancaindera, alat yang dapat memperluas pancaindera, atau pengujian model. [4] Penelitian dalam sains harus memenuhi kriteria ini: objektif, logis, empiris, dan sistematis. Sains juga harus dapat difalsifikasi karena nilai dari suatu generalisasi belum tentu benar dalam kenyataannya. [5] Apabila ada pengetahuan yang tidak memenuhi kriteria-kriteria di atas, bukan termasuk ke dalam sains.
Apabila kita lihat paparan di atas, sains itu bersifat netral. Maksud dari netral di sini adalah cara sains menjustifikasi kebenaran bersifat aksiomatik di mana diyakini setiap orang bahwa pengetahuan dapat diketahui melalui hal-hal aksiomatik tersebut. Misal, kita setuju bahwa kita tahu ada anjing di depan kita karena mata kita melihat ada anjing di depan mata kita. Tidak ada orang yang bisa membantah kebenaran akan hal ini.
Kedua, kita lanjutkan dari sisi ontologi. Ontologi sendiri ilmu yang membahas mengenai sesuatu yang ada. [6] Sains mendasarkan asumsinya pada segala hal dunia ini tersusun atas materi (materialisme). Segala sesuatu yang berada di luar materi merupakan hasil dari materi yang ada, seperti ide merupakan hasil kerja otak yang merupakan entitas material. Ini juga bersifat netral dalam artian bahwa sains hanya melihat alam semesta apa adanya sesuai yang dapat dijangkau oleh pancaindera (objek material).
Sebelum kita masuk ke dalam ranah aksiologi. Mari kita lihat bagaimana sains yang dilakukan oleh karakter-karakter yang ada dalam anime dalam Dr. Stone bersifat netral secara epistemologi dan ontologi. Misal, cairan yang dapat menghilangkan pembatuan dari manusia—walaupun dalam dunia material yang kita tahu tidak ada, tetapi dalam dunia material di anime tersebut kita anggap ada— digunakan, baik oleh Senku maupun Tsukasa. Secara epistemologi kebenaran mengenai keampuahan cairan tersebut dalam menghilangkan pembatuan pada manusia terbukti melalui metode ilmiah. Hal tersebut dapat diamati melalui pancaindera, dapat diulang oleh setiap orang yang mencobanya, tersistematisasi, logis, dan dapat difalsifikasi di mana boleh jadi akan terjadi kasus di mana cairan ini menjadi tidak ampuh. Secara ontologi, objek yang diamati adalah objek material, yakni bagaimana cairan tersebut dapat memulihkan manusia dari pembatuan. Setiap orang dalam anime tersebut dapat menjangkau hal tersebut dengan pancaindera mereka.
Setelah membahas aspek epistemologi dan ontologi, kita lanjut ke pembahasan dari sisi aksiologi. Aksiologi sendiri merupakan ilmu mengenai bagaimana manusia menggunakan ilmunya. [7] Aksiologi dibagi menjadi dua, yaitu etika dan estetika. Etika membahas mengenai apa yang baik dan apa yang buruk sedangkan estetika membahas mengenai apa yang indah dan tidak indah. Kedua hal ini bersifat subjektif atau intersubjektif sehingga tidak netral karena memihak pada subjek tertentu.
Ketidaknetralan sains dari sisi aksiologinya digambarkan dalam kisah yang mana Tsukasa tidak setuju penggunaan sains untuk memulihkan semua manusia karena ada manusia yang akan menggunakan sains untuk sesuatu yang Tsukasa anggap tidak baik. Walaupun begitu, Tsukasa tidak sepenuhnya tidak menerima sains. Ia hanya tidak menerima sains yang digunakan untuk kepentingan yang bertentangan dengannya. Namun, ia setuju dengan sains jika itu digunakan untuk kepentingannya, sebagaimana adegan di mana Tsukasa menawari Senku untuk bekerja sama dengannya. Namun, Senku menolak karena kepentingan Senku tidak sama dengan kepentingan Tsukasa. Tsukasa juga menggunakan cairan pemulih manusia dari pembatuan yang merupakan produk sains, walaupun di sisi lain ia pernah menawari Senku untuk berhenti dengan sainsnya.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa sains netral secara epistemologi dan ontologi tetapi tidak netral secara aksiologi. Sebab, setiap orang mampu secara objektif meraih kebenaran sains jika ia melakukannya dengan benar tanpa terpengaruh terhadap subjektivitasnya (alam semesta sebagaimana adanya yang dibaca melalui sains). Namun, penggunaan sains dapat berbeda-beda, sesuai dengan subjektvitas pihak-pihak yang berkepentingan.
Blibliografi:
[1] Inagaki, R. & Boichi. (2017). Dr. Stone [Manga]. Weekly Shonen Jump.
[2] TMS Entertainment. (2019). Dr. Stone [TV series]. Japan: Tokyo MX.
[3] Priatna, T. (2020). Filsafat Ilmu Untuk Pendidikan. Bandung, Jawa Barat: Trussmedia Grafika.
[4] Dawkins, R. (2011). The Magic of Reality: How We Know What's Really True. Free Press.
[5] Popper, K. R. (1959). The Logic of Scientific Discovery. Routledge.
[6] Nasution, M.K.M., 2018, December. Ontology. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1116, No. 2, p. 022030). IOP Publishing.
[8] Hartman, R. S. (1967). The Structure of Value. USI Press.

