Siapa Paslon Pilihanmu? Media Sosialmu Tahu Itu

Media Sosialmu yang Serbatahu
Media Sosial yang Serba Tahu

Siapa paslon pilihanmu? media sosialmu tahu itu.

Media sosial dapat digunakan untuk sebagai cermin untuk melakukan introspeksi diri sebagaimana yang telah dikemukakan di artikel sebelumnya. Sebab, media sosial lebih bisa mengenalmu daripada teman, keluarga, bahkan dirimu sendiri. 

Salah satu hal yang dapat diprediksi media sosial adalah pilihan pasangan calon presiden dan wakil presidenmu. Media sosial akan mengumpulkan data penggunaan media sosialmu, termasuk informasi baik paslon dukunganmu yang sering kamu lihat, suka, atau bagikan. Data-data ini akan diolah oleh algoritmanya sehingga yang tampil di berandamu adalah informasi baik paslon pilihanmu 

Selain dapat melakukan prediksi, sosial media juga dapat membuatmu memilih atau memperkuat keyakinanmu terhadap paslon pilihanmu. Berbagai informasi baik paslon pilihanmu akan ditayangkan terus-menerus di berandamu sehingga kamu terpancing untuk melihatnya. Karena konten tersebut yang sering kamu lihat, medsosmu akan terus menampilkan konten itu di berandamu. 

Hal ini yang disebut sebagai bubble media sosial. Kamu terjebak di dalam jebakan algoritma. Kamu akan lebih jarang melihat paslon lain, betapa pun paslon tersebut lebih baik dari paslon pilihan awalmu. Akibatnya, kamu tertutup dari pilihan lain 

Kamu juga dikelilingi konten-konten yang mendukung keyakinanmu. Kamu tidak melihat konten lain yang tidak mendukung keyakinanmu. Alhasil, keyakinanmu terhadap pilihan awalmu semakin kuat sehingga prediksi media sosial terhadapmu menjadi lebih akurat. 

Kamu yang belum menentukan pilihan, akan ditunjukkan konten-konten yang sedang trend di media sosial. Trend ini bergantung pada mayoritas pengguna media sosial tersebut. Kalau suatu media sosial didominasi oleh pendukung salah satu paslon, seperti Tik Tok yang didominasi pendukung Prabowo-Gibran dan Twitter yang didominasi pendukung Anies-Muhaimin, konten yang mendukung paslon tersebut akan lebih mungkin menjadi trend. 

Kamu akhirnya mulai melihat konten-konten tersebut. Kamu mungkin akan masuk ke dalam jebakan algoritma jika tidak sadar terhadap hal ini. Akhirnya, kamu akan memilih paslon yang pendukungnya mendominasi medsos tersebut. 

Kalau di awal kamu disuguhi konten-konten yang mendukung tiap paslon secara sama rata, kamu akan melihat setiap konten mereka. Kamu akan tertarik dengan konten salah satu paslon yang menurutmu paling menarik. Kalau sama-sama menarik, kamu akan cenderung melihat lagi konten-konten yang pertama kali muncul di hadapanmu atau yang sering muncul di hadapanmu karena pendukungnya mendominasi media sosial tersebut. 

Seperti ke skenario jebakan algoritma, kamu mungkin akan masuk ke dalamnya. Sosial media akan memprediksi kecenderunganmu lalu menampilkan konten-konten yang sesuai dengannya. Alhasil kamu akan memilih paslon sesuai dengan konten-konten positif tentang paslon yang sering kamu lihat. 

Setiap media sosial yang saya miliki, konten positif tentang paslon tertentu yang sering muncul di beranda berbeda-beda. Konten positif tentang Anies  sering muncul di beranda Quora dan Youtube saya. Walaupun begitu, konten negatif tentang tentangnya dan konten positif tentang Ganjar masing-masing sering di beranda Quora dan kadang-kadang muncul di beranda Youtube saya. 

Saya banyak mengikuti dan mendukung naik orang-orang yang mendukung Anies dan juga kontra terhadapnya sehingga kedua konten tersebut sering muncul. Saya sering kali melihat konten-konten tentang Anies dan kadang-kadang tentang Ganjar di Youtube saya sehingga beranda saya dipenuhi hal tersebut. Saya sendiri terhitung jarang menonton konten tentang Prabowo, kecuali konten diskusi masing-masing paslon atau pendukungnya. 

Namun, hal ini tidak berlaku jika pengguna medsos tersebut jarang terlibat dalam konten-konten yang berkaitan dengan pemilu. Media sosialnya hanya akan menampilkan konten-konten yang sering ia lihat, like, atau bagikan. Misal, beranda Twitter saya yang sama sekali tidak ada konten pemilu karena saya jarang menggunakan Twitter. 

Jadi, media sosial dapat memprediksi siapa paslon capres-cawapres yang akan kamu pilih melalui data tentang konten-konten yang kamu paling banyak terlibat. Harapannya, penelitian tentang ketepatan media sosial dalam memprediksi pilihan capres-cawapres di Indonesia dapat dilakukan untuk memperkuat teori ini. Selain itu, alangkah baiknya terlibat dalam berbagai konten, baik positif maupun negatif tentang suatu paslon agar terhindar dari jebakan algoritma media sosial.

Siapa paslon pilihanmu? media sosialmu tahu itu.

 

LihatTutupKomentar